Mustaka Miring 11 derajat, Menara Kudus Direnovasi
Akibat mengalami kemiringan mencapai 11°, puncak (mustaka) Menara Kudus yang berada di Kabupaten Kudus Jawa Tengah, sedang dilakukan renovasi. Saat ini proses perbaikan Menara peninggalan Sunan Kudus ini sedang dikerjakan beberapa pekerja yang memiliki keahlian bangunan khusus.
Staf Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Kudus Denny Nur Hakim mengatakan, kemiringan yang terjadi pada peninggalan Sunan Kudus ini disebabkan faktor alam.
“Miringnya Menara Kudus akibat terkena terpaan angin. Dulu bangunan ini juga pernah mengalami renovasi pada tahun 2009, Namun renovasi tersebut hanya pada bagian pintunya saja. ” ujar Denny.
Untuk menjaga keaslian bentuk menara Kudus, pihak YM3SK tidak mau mengerjakannya dengan asal-asalan. Pihaknya meminta bantuan Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah untuk mendatangkan ahli bangunan khusus. karena tidak semua pekerja bisa memasang batu bata dengan tepat.
“Pengerjaannya sekarang dilaksanakan sekitar 10 orang tenaga bangunan yang dikirim oleh BPCB, dan sisanya 3 orang berasal dari penduduk lokal,” imbuh Denny.
Renovasi bangunan berusia sekitar 500 tahun ini tidak hanya melibatkan tenaga ahli, tetapi juga menghabiskan anggaran yang besar. Anggaran tersebut,kata Denny, diambil langsung dari alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
“Mengenai nominalnya kurang begitu tahu karena pihaknya hanya sebagai quality control. Semua perencanaannya langsung ditangani BPCB Jateng,” terangnya seraya menambahkan proses pengerjaanya selesai sebelum bulan puasa.
Pengerjaan renovasi Manara Kudus yang merupakan satu peninggalan sejarah, yang dilakukan oleh Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, tak hanya sekadar atapnya saja.
Kepala BPCB Jawa Tengah, Sri Ediningsih, menjelaskan, untuk pengerjaan renovasi tahap pertama ini dianggarkan Rp 419,469 juta. Anggaran tersebut diambilkan dari APBN.
Selain kerusakan pada Menara, kerusakan juga pada Gapura, Tembok pembatas, Pendopo Tajuk, dan Pesarean. Seluruh area peninggalan Sunan Kudus tersebut setidaknya 50 persen rusak.
“Tapi sementara Menara dulu yang dilakukan renovasi. Memang beberapa bagian sudah lapuk,” kata Denny.
Denny menambahkan batu bata yang digunakan untuk merenovasi bagian atap Menara, dipesan khusus di Desa Pasuruan, Kecamatan Jati, Kudus. Bahan yang digunakan juga tidak seperti batu bata biasa.
“Batanya harus dari tanah lempung asli, dtanpa ada campuran apa pun. Ukurannya panjang 31 cm, lebar 15 cm dan tebal 5 cm,” jelasnya.